top of page

Indonesia dan Siasat Asing

  • Sudarmoko*
  • May 8, 2016
  • 3 min read

Beberapa kegiatan menarik sempat saya ikuti di sela-sela tugas belajar di negeri Belanda. Pertama, pertemuan antara sejumlah aktivis kemanusiaan Indonesia dengan anggota parlemen Belanda (18/9/2013), dilanjutkan acara kedua dengan pembicaraan di Amsterdam (21/9/2013), yang juga membahas kelanjutan diskusi yang diadakan sebelumnya. Ketiga adalah peresmian Indonesian-Nederlands Youth Society (INYS) di KBRI Den Haag (19/10/2013).

Bila acara pertama dan kedua adalah persoalan krusial dalam upaya membaca dan menelusuri kembali berbagai kejadian yang telah berlalu, seperti aksi polisioneel dan kejahatan perang, acara kedua berusaha membangun hubungan baik antara para pemuda kedua negara untuk masa depan. Usaha untuk mencapai kedua tujuan ini saling berkait, meski memiliki arah yang berbeda. Satu benang merah yang menghubungkannya adalah bagaimana posisi kedua negara ini setara sebagai bangsa yang menjalin kerja sama.

Ada satu hal yang mengemuka dalam acara terakhir, bahwa pernyataan “Indonesia tidak membutuhkan Belanda, tetapi Belanda membutuhkan Indonesia”, yang disampaikan oleh presiden INYS, mendapat pemakluman. Kuliah singkat yang diberikan sejumlah orang, terutama David Henley, profesor kajian kontemporer Indonesia, meyakinkan kita bahwa Indonesia akan menjadi sebuah bangsa yang besar dan penting bagi dunia pada masa yang akan datang. Potensi besar, sumber daya manusia dan alam, kondisi sosial politik, budaya, dan juga nilai-nilai yang tersimpan dalam berbagai aspek kehidupan, merupakan modal yang tidak dimiliki atau tidak sebesar bangsa lain.

Bagi sejumlah pengamat, hal ini sudah disampaikan dan menjadi agenda penting dalam menyusun kebijakan berkaitan dengan hubungannya dengan Indonesia. Mereka mulai mengantisipasi dan menjaga serta mencari dukungan yang dapat melanggengkan kepercayaan Indonesia terhadap bangsa dan negara lain. Salah satunya adalah menggali kembali sejarah hubungan bilateral mereka dengan Indonesia.

Belanda masih memiliki jalan berkerikil untuk memuluskan usaha kerja sama dengan Indonesia, setidaknya pada persoalan kesejarahan, yang masih belum tuntas diperbincangkan. Rencana kedatangan perdana menterinya ke Indonesia dalam waktu dekat mungkin akan membuka kembali peluang pembicaraan ini. Hanya saja, harga diri, kebersihan nama dan derajat, kemurnian demokrasi, dan terlebih lagi kondisi sosial politik Belanda di dalam negeri, akan tetap menjadi beban untuk memperlancar langkah ini.

Apa yang dilakukan oleh INYS, dengan pendekatan person to person communication, bisa jadi modal besar yang juga bisa diterapkan, setidaknya mengikuti langkah-langkah organisasi kepemudaan dalam tingkat bilateral atau regional yang sudah dilakukan oleh banyak negara lain seperti Amerika, Kanada, Jepang, atau Australia. Investisasi besar dalam upaya seperti ini akan mendapatkan wujudnya setelah beberapa periode, ketika mereka yang terlibat di dalam organisasi seperti ini telah memiliki ruang gerak yang memadai dalam mewujudkan tujuannya. Tujuan kedua usaha yang telah dijelaskan di atas, menempatkan kerja sama dua negera dalam posisi yang sejajar.

Di sisi lain, gerakan seperti ini juga memiliki tautan dengan keinginan atau usaha dari pihak pemuda Indonesia. Jika diandaikan motto INYS “pemuda sekarang adalah pemimpin pada masa mendatang”, tentunya kesadaran yang sama juga dimiliki oleh para pemuda Indonesia kini. Mereka yang akan menjadi pemimpin di masa depan, memiliki semangat zaman dan visi yang berbeda. Tantangan dan peluang nanti akan berbeda dengan apa yang ada sekarang. Karena itulah, berbagai fondasi hasil kajian dan pengalaman akan memberikan pengaruh kekuatan Indonesia pada masa yang akan datang. Benarkah pada tahun 2030 atau 2045 Indonesia akan menjadi kekuatan nomor tujuh atau bahkan lebih di puncak dunia? Benarkah Indonesia emas itu akan menjadi kenyataan? Pertanyaan seperti ini memiliki jawaban sejak sekarang.

Investasi pendidikan tinggi, sebut saja program DIKTI untuk program beasiswa luar negeri, dan juga program serupa dari beberapa kementerian, menjadi pesan tersendiri bagi bangsa lain yang dijadikan tempat belajar mahasiswa sekarang. Pesan itu adalah bahwa bangsa Indonesia telah memulai langkah besar menanamkan investasi bagi sumber daya manusia untuk jangka waktu panjang.

Satu hal yang masih menjadi kekhawatiran bersama, adalah laku pengelolaan serta strategi yang jelas mengenai berbagai potensi yang dimiliki Indonesia. Selain produk yang wujud, misalnya sumber daya alam, pengelolaan nilai-nilai budaya, politik, sosial, masih menjadi tanda tanya. Peletakan kebijakan jelas sudah dilakukan, namun pada realisasi belum meyakinkan kita bersama. Bangsa yang besar tentulah memiliki grand design untuk menjaga pluralitas, menghargai perbedaan, mempertahankan identitas keberagaman, sehingga esensi Indonesia yang sangat besar ini dapat dipahami secara umum.

Jika banyak negara asing mulai mengatur siasat untuk menjadi teman terbaik Indonesia, tentu dengan segala kepentingannya, lalu bagaimana Indonesia sendiri mulai mengatur berbagai kepentingan di dalam negeri? Harus ada pembaharuan dalam sistem dan kemauan politik sehingga penyelenggaraaan pemerintahan secara keseluruhan menjadi lebih baik. Berharap pada kesadaran dan kemauan masyarakat untuk lebih baik, tentu saja ditentukan oleh para pemimpinnya, yang tidak melulu mempertontonkan kebobrokan, seperti suap, korupsi, atau kejahatan lainnya.

Maka, di luar sistem dan kondisi birokrasi yang ada, person to person communication ini menjadi alat alternatif dalam membangun dan menjaga kekuatan dan ketahanan identitas Indonesia. Daya tawar masyarakat sangat tinggi, karena mereka memiliki sensitifitas alarm dalam menjaga identitas dari serangan yang datang dari luar. Tetapi tentu kita masih berharap dan optimis pesan seperti ini dapat dibaca oleh pemerintah, dan menyiapkan strategi ketahanan yang mencukupi untuk membangun dan mempertahankan diri, dan berdiri sama tinggi dengan bangsa lain.

*Mahasiswa Program Doktor Universiteit Leiden


 
 
 

Comments


Sekilas Isi Artikel 
Artikel Tersedia
Link Bermanfaat
Kirim Artikel?

Silakan kirim ke:
redaksi@toelip.net

©2015 by toelip.net

bottom of page